Mreka kemudian bertanya, " Kamu mencintainya ? "
Kammu menengadah lalu berucap ringan, " Iya "

" Atas dasar ? " Mreka mendelik dan tersenyum tipis.

Kammu membuka inbox, Diya, subject : Re:berantakan semuanya!!!. Tepatnya 7 paragraf panjang. Kammu membaca seksama, tersenyum, mengkerutkan kening, menggeleng, dan bergumam. Pikirannya tidak ada yang sejalan, Kammu bilang A Diya membalas Z, aneh. Kammu membuka pikiran, apakah ini masukan atau hanya dua manusia yang berbeda habitat sehingga untuk menyambungkannya dibutuhkan sebuah jembatan membentang antardua pulau ?

" Aku dan Diya sangat berbeda ", Kammu menyingkapkan rambutnya lalu mengikat kuncir kuda.
Mreka mengambil sebatang mild lalu menyalakannya, " Hal yang bagus, untuk saling mengisi ".

Kammu berkaca, faktanya dia tidak putih, tidak langsing, tidak cantik, tidak tinggi, dengan rambut hanya sebahu, yang dia yakin hanya senyumnya, Diya sangat suka senyumnya. Diya berkaca, faktanya dia terlalu putih, tidak berkacamata, tidak kurus, yang Diya yakin hanya bibirnya, Kammu sangat suka dengan bibirnya yang tipis. Kammu spontan, Diya sangat terstruktur. Diya selalu bertanya setiap saat nonton bioskop bersama, Kammu menikmati saat dia masuk ke dalam heningnya cerita. Kammu tidak pernah perhitungan, Diya mengoleksi bon belanjaan. Diya suka susu putih, wortel, ikan basah, tidak takut film horor, Kammu tidak suka susu putih, tidak suka wortel, tidak suka ikan basah, takut film horor.

" Ha...mengisi untuk membuatnya menjadi lengkap? Kamu percaya adanya kelengkapan total ? "
" Saat dua orang memutuskan bersama, meributkan hal-hal kecil, siapa yang mencuci piring hari ini, sampai hal besar, cat warna apa yang cocok untuk ruang tamu, lalu berujung pada damai dan keharmonisan, mereka telah lengkap. " Mreka menghisap dalam mild lalu menghembuskannya menjadi asap berbentuk lingkaran.

1st anniversary, Kammu menerima telpon dari Diya, hanya 5 menit. Kammu memasak berulang-ulang ternyata rasanya tetap hambar. Kammu menunjukkan lukisannya, Diya melihat tanpa komentar. Diya masuk ke pembicaraan serius, Kammu hanya tertawa melihat dahinya berkerut.

Kammu memandang Mreka dari pinggir kacamatanya, " Kamu bodoh kalau berpikir semua akan berpangkal pada keharmonisan ".
" Haha..Kamu yang bodoh kalau tidak dapat bertahan dalam kondisi terburuk ", Mreka tertawa renyah.
" Ternyata kita semua bodoh, kata pujangga, bodoh karena cinta ", Kammu berpaling yang menyebabkan kuncir kudanya bergerak seirama gerak mukanya.
" Cinta terlalu puitis, hiperbola, mengada-ada ", kata Mreka.
" Diya kenyataan sedangkan aku manusia puitis. Kami bertemu pada tulisan. Aku rasa Diya membuatku menginjak kenyataan dan aku membuatnya terbang berpuitis. " balas Kammu.
" Aku suka menulis, seperti candu " , lanjutnya.
Mreka tersenyum kecut, " Aku tidak bisa menulis. Tulisan itu mematikan yah ? "
" Tidak juga, hanya sensasi. Kadang melebihi orgasme. " Kammu mengigit bibir bawahnya.
Mreka tertawa terbahak, " Hahahaha....Sayangnya aku bukan penulis tidak bisa membuatmu berkali-kali "

Kammu beranjak berdiri. Dia mengibaskan tangan, asap mild mulai mengganggu pernapasannya.

" Diya pasti tidak merokok. Kamu membenciku karena asap ini bukan? ", Mreka membuang batang mild lalu menginjaknya.
" Itu menggangguku, Diya tidak suka menggangguku. Aku benci karena kamu mengambil hak ku ", seru Kammu sinis.

Mreka mengambil undangan yang diletakkan di sebelahnya, lalu melihat dengan kagum foto mereka berdua, membukanya lalu membaca isinya.

" Kamu akan memakai kebaya biru? " Mreka bertanya yang tampak seperti gumaman.
" Apa...? Oh kebaya? Tidak , aku memakai kebaya warna putih gading. Biru tidak cocok untuk kulitku yang gelap. " Kammu melihat warna lengannya.
" Tetap saja kamu akan terlihat cantik ", Mreka menatapnya.
" Aku sudah tau, tapi ingin lebih cantik, wanita...kau pasti tau sendiri hahaha ", Kammu tertawa ringan.

Matahari mulai agak panas, Kammu mengambil tas lalu bersiap pergi.

" Kalau kamu tersakiti, kamu bisa datang padaku ", Mreka tersenyum getir.
" Jangan berkhayal ", balas Kammu.
" Kammu...Diya sudah menjadi segalanya ? ", Mreka berkata dengan mata membulat.
" Aku bersedia bertukar posisi bila dia sakit, tapi denganmu aku merasa tidak perlu. " senyum Kammu mengembang manis.

Kammu dingin, dan Diya akan menghangatkannya. Mreka hangat tapi tidak cukup untuk memberinya kenyamanan.

" Aku akan datang, congrate ", Mreka balas tersenyum.
" Ya," Kammu membalikkan badan lalu berjalan menuruni tangga.

Diya memencet tombol tab, lalu mengetikan subject :well, i need u. Send, message sent, blush.sky@gmail.com.


.........
Cerita hanya fiksi belaka, kalo ada kesamaan karakter itu hanya sebagai inspirasional :P